Sabtu, 02 Mei 2009

Pendidikan Nasional yang ternodai UAN

Statistik:

  • Judul : Pendidikan Nasional yang ternodai UAN
  • Arah Pembicaraan : Membahas tentang peran UAN dalam sistem pendidikan Indonesia
  • Buah Pikiran : Muhammad Adam Firdaus







Mendengar kata UAN saja rasanya seperti mendengar seorang guru matematika yang kejam, sangar, pemarah, sensitif, dan sebagainnya. Yang apabila dia sudah memberi sebuah soal, saya pribadi akan sulit mengerjakan. Sulit dalam arti disini bukan dari segi konteks soalnya, tetapi karena rasa takut yang berasal dari guru tsb. Karena karakternya yang seperti itu, membuat saya tidak bisa menjawab soal yang dia berikan.
Paparan diatas mengingatkan saya akan UAN yang sama halnya dengan seorang guru matematika bukan sesuatu yang mengada – mengada.
UAN sejauh ini atau hasil UAN sampai saat ini yang katanya pemerintah optimis taraf mutu pendidikan Indonesia akan meningkat. Ternyata masih jauh dari apa yang diharapkan.
Malah sebaliknya, pendidikan Indonesia menurut saya bukan tambah membaik, tetapi lambat tapi pasti akan mengalami kemunduran.
Dengan UAN, tentu semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan merasa terbebani. Mulai dari siswa, guru, sampai kepada panitia – panitia pengawas UAN.
Segala sesuatu itu tidak bisa di target. Segala sesuatu itu harus dijalani, tidak perlu target sebagai patokan. Jalani saja apa yang ada dipikiran kita, itulah yang terbaik.
Jika kita ingin sukses pada sesuatu, perhatikan aspek – aspek yang sederhana, namun itu sangat vital dalam kunci keberhasilan kita kelak. Sebagai contoh, jika kita ingin sukses menjadi pemain bola handal. Tentu, hal yang harus diperhatikan seperti sepatu bola, lapangan yang memadai, tim pengajar yang profesional, dan masih banyak lagi. Mengapa saya tidak menyebut bakat? Karena bakat bukan merupakan kunci keberhasilan. Proses belajar tidak memandang bakat.
Jika faktor – faktor diatas belum dipenuhi, bisa jadi kualitas pemain bola handal yang kita harapkan akan sulit dinikamti.
Begitu pula dengan pendidikan di Indonesia. Pemerintah Indonesia merancang UAN, agar nantinya pendidikan Indonesia setara, tidak memandang Indonesia di bagian barat maupun timur. Bila sudah sama, nantinya diharapkan pendidikan di Indonesia akan mampu bersaing dengan negara lain.
Seharusnya, bila ingin menaikan taraf mutu pendidkan, paling tidak, perbaikilah terlebih dahulu saran & prasarana sekolah. Karena itu merupakan bagian mendasar & fundamental dalam dunia pendidikan.
Bagaimana ingin biologi dapat diatas standar? Kalu alat peraga saja tidak ada?
Bagaimana ingin maju dalam bidang IPTEk? Kalu 30 siswa dalam 1 kelas, hanya dapat 15 komputer? Sungguh menyedihkan.
Bagaimana ingin mendapatkan siswa yang berkompeten? Kalu gurunya saja hanya mengejar uang? Sementara niat tulus mengajarnya? Belum muncul?
Bentuk – bentuk yang kecil dan sepele semacam itulah yang mestinya harus diperbaiki. Jika diperbaiki, baru boleh sesuka hati mematok nilai standar demi majunya mutu pendidikan nasional.
Saya sebenarnya setuju saja dengan pelaksanaan UAN serempak di Indonesia. Namun, sebaiknya UAN jangan dijadikan penentu kelulusan seorang siswa. Karena apa? Di samping alasan yang logis misalnya, dalam kurun waktu 6, 3, 3 tahun di masing – masing pendidikan, kelulusan seorang siswa hanya ditentukan pada mata pelajaran tertentu saja, alasan lain yang perlu diperhatikan adalah, UAN bukan malah sebagai media penyerempak standar pendidikan Indonesia, tetapi malah menjadi media penjeblok pendidikan Indonesia & tidak mendidik. Siswa berebut dan berusaha agar memiliki nilai diatas standar, sedangkan guru? Yang katanya pahlawan tanpa jasa penyebar ilmu, kini berubah menjadi pahlawan berjasa penyebar jawaban. Dimana moral guru – guru Indonesia sekarang?
Alternatif menurut saya adalah UAN dijadikan sebagai indikator pembelajaran saja. Yang frekuensi pelaksanaannya tidak tiap tahun.
Jika kita semua ingin menaikan mutu pendidikan Indonesia, kita tidak bisa sim salabim langsung mematok target. Tetapi perjalan menuju suatu peningkatan membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
Jika kita semua menginginkan perubahan yang cepat. Kita sebenarnya tidak perlu mengadakan UAN. Faktor – faktor yang saya sebutkan diatas harus dibenahi. Walaupun kita tidak menarget kemampuan kita, tetapi apbila sarana & prasarana sudah terpenuhi, saya yakin mutu pendidikan Indonesia akan terangkat sendirinya. Bahkan dapat lebih baik? Mudah – mudahan...

4 komentar:

  1. #liat kanan-kiri#
    Lho belum ada yang komen ya..
    Pertama neh.
    Menurutku UAN...bikin repot semua.
    Hoho soalnya kuliat waktu UAN yang malah paling repot alias kebingungan kayak kebakaran jenggot tuh guru2. tanya kenapa...?

    Klik disini ;;Blogku

    BalasHapus
  2. km ni cbb bwt ulasan th yng blm di dbhas sma skli..

    bzan q mliat na n mndngr na......

    BalasHapus
  3. lumayan buat bahan
    :D

    BalasHapus
  4. sebenarnya UAN itu seni tapi banyak guru yang merusak seni itu,tapi seni juga harus lihat sikon.Tapi mayoritas guru mengajar mengharapkan uang

    BalasHapus